BSIP Pantau Dampak El-Nino di Rawa Lebak Kalsel: Tanaman Hortikultura Tumbuh Subur dan Produktif
#RawaBisa
Lahan rawa lebak dicirikan dengan genangan air selama periode waktu tertentu, dimana rejim airnya dipengaruhi oleh hujan dan luapan banjir hulu sungai serta dari bawah tanah. Berdasarkan tinggi dan lama genangan airnya, lahan rawa lebak dikelompokkan menjadi lebak dangkal, lebak tengahan, dan lebak dalam. Lahan lebak dangkal dan tengahan umumnya mempunyai kesuburan tanah yang lebih baik dan dimanfaatkan petani untuk produksi tanaman pangan dan hortikultura, termasuk integrasi tanaman dan ternak.
Nah pada akhir bulan Agustus 2023, yang diperkirakan bagian dari puncak EL-Nino, kondisi lahan lebak di Kalimantan Selatan yang tergenang air selama lebih dari 3 tahun terakhir saat ini airnya telah mulai surut. BSIP Lahan Rawa melalui tim pemantauan El Nino melakukan survey cepat ke beberapa lokasi untuk melihat sejauh mana kondisi lahan terutama tinggi permukaan air tanah. Pada lahan lebak dangkal, kondisi tanah sampai dengan kedalaman >50 cm masih lembab dan air ditemukan pada kedalaman > 65 cm dari permukaan tanah.
Oleh karena itu, El Nino tahun ini menjadi berkah bagi petani khususnya di lahan rawa lebak dan perlu memanfaatkannya secara bijak untuk produksi berbagai komoditas pangan yang sesuai. Pada kedalaman air saat ini, daya kapilaritas air untuk pertanaman diatasnya masih memungkinkan untuk dicapai perakaran tanaman sehingga mampu mendukung pertumbuhan dan hasil tanaman yang diinginkan terutama komoditas hortikultura. Berdasarkan hasil pemantauan di lapang, diantaranya di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, petani sukses memanfaatkan lahan dengan menanam jagung manis, terong, tomat, cabai, kedelai dan lainnya.
Ketika genangan air di lahan sudah surut sekitar bulan Juni, petani menanam jagung dengan cara ditugal. Tanaman jagung manis dapat tumbuh dengan baik di lahan rawa lebak dangkal dan tengahan tanpa olah tanah dan hanya sekali pemupukan. Sehingga pada bulan Agustus ini (pada puncak El Nino), petani dapat melakukan kegiatan panen. Begitu juga dengan tanaman terong, timun dan tomat yang pada akhir Agustus sukses dipanen petani. Salah satu petani yang ditemui, Bapak Adul, mengaku telah memanen terong hingga 10 kali panen dengan omset lebih dari 2 juta rupiah pada lahan seluas 0,5 Ha. Dengan kondisi air tanah yang mencukupi, disertai praktik budidaya tanpa olah tanah (TOT) dan input pupuk yang rendah memberikan keuntungan bagi petani. (WM/MAS)
#SayaBSIP
#AgroStandar
#PertanianMajuMandiriModern